POLITIKAL.ID - Dalam eskalasi terbaru konflik di Jalur Gaza, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas setelah dua tentara Israel tewas dalam serangan di Rafah, Gaza Selatan, pada Minggu (19/10/2025).
Serangan tersebut disebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung selama sembilan hari
Katz memperingatkan bahwa kelompok Hamas akan "membayar harga mahal" jika melancarkan serangan terhadap pasukan Israel di Jalur Gaza.
Katz menegaskan bahwa Angkatan Bersenjata Israel (IDF), atau militer Israel, akan merespons dengan tegas jika Hamas melancarkan serangan-serangan yang melanggar gencatan senjata Gaza.
"Hamas akan belajar hari ini dengan cara yang sulit bahwa IDF bertekad untuk melindungi tentara-tentaranya dan mencegah bahaya apa pun terhadap mereka," kata Katz dalam pernyataannya pada Minggu (19/10) waktu setempat.
Sebelumnya, Militer Israel melaporkan dua tentaranya tewas dan tiga orang lainnya luka-luka akibat serangan tersebut.
Tel Aviv menyalahkan Hamas sebagai dalang di balik serangan tersebut, yang disebut sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata". Namun Hamas menyebut serangan itu terjadi di area yang berada di bawah kendali Israel, di mana mereka mengaku tidak ada kontak dengan anggota mereka selama berbulan-bulan.
Katz mengatakan bahwa dirinya telah menginstruksikan militer Israel untuk "bertindak tegas terhadap target-target teror Hamas di Gaza". Israel telah menggempur area Rafah pada Minggu (19/10) pagi, dengan menurut sumber militer setempat, lebih dari 20 target telah diserang oleh pasukan Tel Aviv.
"Hamas akan membayar harga yang mahal untuk setiap tembakan dan setiap pelanggaran terhadap gencatan senjata," tegas Katz dalam pernyataannya.
"Jika pesan ini tidak dipahami, respons kami akan semakin parah," ujarnya memperingatkan Hamas.
Sementara itum kantor media pemerintah Gaza menuduh Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Hamas sebanyak 47 kali sejak awal Oktober, dengan serangkaian serangan yang disebut telah menewaskan 38 warga Palestina dan melukai 143 orang lainnya.
Dalam pernyataannya pada Sabtu (18/10/2025) malam, otoritas Gaza menyebut pelanggaran itu meliputi "penembakan langsung terhadap warga sipil, pengeboman yang disengaja, serta penangkapan sejumlah warga". Tindakan-tindakan tersebut, menurut mereka, menunjukkan bahwa Israel "terus melanjutkan kebijakan agresi meskipun perang telah dinyatakan berakhir".
Pihak Gaza mendesak PBB dan negara-negara penjamin perjanjian gencatan senjata untuk segera bertindak agar Israel menghentikan kekerasan dan melindungi penduduk sipil yang tidak bersenjata.
Di sisi laun, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih tetap berlaku. Hal itu disampaikan Trump usai militer Israel melakukan serangan mematikan di Gaza atas dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok bersenjata Palestina tersebut.
"Ya, memang," kata Trump kepada wartawan di Air Force One ketika ditanya apakah gencatan senjata masih berlaku.
Ia juga menyatakan bahwa pimpinan Hamas tidak terlibat dalam dugaan pelanggaran apa pun. Trump justru menyalahkan "beberapa pemberontak di dalamnya."
"Bagaimanapun, ini akan ditangani dengan benar. Ini akan ditangani dengan tegas, tetapi dengan benar," tambah Trump.
Trump berharap gencatan senjata yang ia bantu mediasi akan tetap berlaku. "Kami ingin memastikan bahwa gencatan senjata akan berlangsung sangat damai dengan Hamas," katanya.
"Seperti yang Anda ketahui, mereka cukup ribut. Mereka telah melakukan beberapa penembakan, dan kami pikir mungkin para pemimpin tidak terlibat dalam hal itu."
Sebelumnnya, Trump, menyatakan keyakinannya bahwa gencatan senjata yang baru saja diberlakukan antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza akan bertahan dalam jangka waktu lama. Gencatan senjata ini dimulai pada Jumat (10/10) malam waktu setempat dan merupakan hasil dari upaya diplomatik panjang yang dimediasi oleh beberapa negara, termasuk Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya kepada awak media, Trump menyebut bahwa baik Israel maupun Hamas kini mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan setelah berbulan-bulan konflik yang menelan ribuan korban jiwa dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
"Ini akan bertahan. Saya pikir ini akan bertahan. Mereka semua lelah bertempur," kata Trump kepada wartawan seperti dikutip dari kantor berita AFP, Sabtu (11/10).
Pernyataan tersebut muncul menjelang rencana Trump untuk melakukan kunjungan ke Timur Tengah, dengan agenda utama mengunjungi Israel dan Mesir. Ia mengonfirmasi bahwa dirinya akan mendarat di Israel pada akhir pekan ini, sebelum melanjutkan perjalanan ke Mesir pada Senin (13/10) mendatang. Di Kairo, Trump dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pemimpin kawasan untuk membahas masa depan Gaza pasca-perang.
"Saya akan bertemu banyak pemimpin di Mesir. Kita akan bicara tentang masa depan Gaza, tentang rekonstruksi, keamanan, dan perdamaian yang berkelanjutan," ujarnya.
Dikatakan juga oleh Trump bahwa dirinya juga akan berpidato di hadapan parlemen Israel ketika mengunjungi negara Yahudi tersebut pada hari yang sama.
Lebih lanjut, Trump menambahkan bahwa dirinya meyakini gencatan senjata Gaza akan mengarah pada perdamaian Timur Tengah yang lebih luas.
"Sekarang kita memiliki beberapa titik panas kecil, tetapi sangat kecil... Akan sangat mudah dipadamkan. Api-api itu akan dipadamkan dengan sangat cepat," kata Trump dalam pernyataannya.
(*)