POLITIKAL.ID - Permasalahan banjir dan pengelolaan sampah menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Dalam sebuah diskusi publik bertem “Antara Regulasi dan Realita: Menakar Keseriusan Kota Samarinda dalam Pengelolaan Sampah” yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda, Wali Kota Andi Harun menegaskan bahwa pembenahan sistem drainase dan pengelolaan sampah saling berkaitan dalam menciptakan kota yang tahan bencana.
Kegiatan yang berlangsung di Café Kopi Kapiten, Jalan Kadrie Oening, Minggu (13/7/2025), menjadi ajang dialog terbuka antara pemerintah dan kalangan mahasiswa serta pegiat lingkungan. Dalam suasana hangat dan penuh ide, diskusi ini membahas strategi multipihak untuk mengatasi akar persoalan banjir hingga sampah yang kerap melanda Samarinda.
Andi Harun menyebut bahwa sampah yang menyumbat saluran air menjadi salah satu faktor utama terjadinya banjir. Oleh karena itu, menurutnya, sistem pengelolaan sampah yang terpadu dan berbasis komunitas perlu diperkuat.
“Penanganan banjir tak bisa dilepaskan dari penanganan sampah. Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa, untuk menjadi bagian dari solusi,” tegasnya.
Ia memaparkan bahwa Pemkot Samarinda telah memulai peralihan sistem pengelolaan sampah dari open dumping ke sanitary landfill di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), serta menyiapkan program edukasi lingkungan di sekolah dan lingkungan permukiman. Selain itu, upaya memperbanyak bank sampah dan kampung proklim juga menjadi bagian dari strategi Pemkot.
Wali Kota juga menyoroti pentingnya membangun kesadaran warga dalam memilah sampah dari sumbernya.
"Kita harus mulai dari rumah. Kesadaran kecil jika dilakukan banyak orang akan berdampak besar," ujarnya.
Dalam sesi diskusi, peserta dari kalangan mahasiswa menyoroti lemahnya pengawasan terhadap pembangunan yang berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau dan minimnya ruang serapan air. Mereka juga mendorong adanya kolaborasi lintas kampus untuk membentuk gerakan advokasi lingkungan berbasis data dan teknologi.
Menanggapi itu, Andi Harun menyambut baik partisipasi anak muda. Ia bahkan menyatakan siap menggandeng komunitas mahasiswa dalam program percontohan kawasan bebas sampah sekaligus daerah tangkapan air.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi dengan mahasiswa, akademisi, dan komunitas lingkungan adalah kunci keberhasilan dalam mewujudkan kota yang tangguh terhadap bencana,” tuturnya.
Diskusi ini mempertegas bahwa persoalan banjir dan sampah bukan hanya tugas pemerintah, tapi merupakan tanggung jawab kolektif. Melalui ruang diskusi publik yang partisipatif, Pemkot Samarinda berkomitmen membangun kota yang tidak hanya bersih secara fisik, tetapi juga tangguh dalam menghadapi krisis iklim di masa depan.
(Redaksi)